By Christianto Siahaan
Suatu ketika di dalam hidup saya, saya merasa berada di dalam titik terendah. Saya tidak tahu kenapa dan mengapa, tetapi saya merasa seperti orang yang paling tertolak didunia ini. Sebenarnya saya sadar mengapa demikian, yaitu akibat kecanduan narkoba yang saya alami kurang lebih delapan (8) tahun. Banyak orang berkata, siapa yang hidup dalam narkoba, salah satu kakinya berada di dalam penjara.
Walaupun banyak berkata seperti itu, saya tidak mempedulikannya. Saya tetap asik dengan kesenangan - kesenangan itu. Berawal dari narkoba, saya mulai melakukan kejahatan-kejahatan lain mulai dari sex bebas, mencuri, berbohong, menipu, dan lain sebagainya yang membuat saya merasa tertolak.
Singkat cerita, pada akhir 2014, keluarga saya, yang sepertinya tidak peduli lagi dengan saya, tiba - tiba mendatangi saya dan mengajak saya untuk pergi ke sebuah rehabilitasi. Saat itu saya berpikir bahwa rehabilitasi sama halnya dengan sebuah penjara. Walaupun saya menolak, keluarga saya dapat dengan tenang berkata, "Ah sudahlah, ikut saja. Mungkin itu memang jalanmu". Akhirnya, tanpa mengeraskan hati, saya ikuti saja permintaan mereka.
Ternyata, dugaan saya terhadap rehabilitasi salah. Saya merasa sangat diterima di rehabilitasi tempat saya pergi. Saya merasakan kasih Tuhan menghampiri saya dan saya merasakan pembebasan dari semua yang telah saya lakukan selama itu. Saya merasa Yesus Kristus memang juru selamat di dalam hidup saya.
Akhirnya, saya terus mengikuti program di tempat rehabilitasi tersebut dan disitu saya belajar akan Firman Tuhan. Sekarang saya bisa membagikan sesuatu mengenai Firman Tuhan dan saya bersyukur saya dapat membawa teman - teman lainnya ke dalam hadirat Tuhan dengan mempimpin sebagai worship leader di tempat rehabilitasi tersebut.
Saya merenung bahwa ternyata, saya sudah jauh meninggalkan kehidupan saya yang dulu dan sudah banyak hal yang berubah di hidup saya.
Atas rasa bersyukur itulah saya memutuskan untuk menjadi salah satu pembina tempat rehabilitasi tersebut. Secara duniawi, orang akan berpikir bahwa menjadi pembina di rehabilitasi akan seperti orang yang dikurung, tetapi saya telah belajar satu hal, bahwa hidup itu harus memiliki satu kata, yaitu "Cukup". Cukuplah kasih karunia Tuhan itu buat hidupku. Hari ini saya dapat berkata kepada saudara sekalian, "Diberkati untuk menjadi berkat".
Rehabilitasi Rumah Damai bertempat di kelurahan Cepoko RT 4 RW I, kecamatan Gunung Pati, Semarang. Seperti namanya, di tempat itu saya benar - benar merasakan damai dan rumah itu seperti rumah ajaib, karena rumah itu telah mengubah sekian ratus pecandu narkoba menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Rumah itu mengubah orang yang dulu mungkin tidak memiliki harapan akan masa depan menjadi orang yang memiliki masa depan.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
No comments:
Post a Comment