Monday, March 7, 2016

Ternyata Saya

By Mulyadi Irawan

Suatu hari, saya diundang untuk melayani sebuah gereja di Magelang. Saya dijadwalkan untuk dua kebaktian, yaitu pada jam 8:00 dan jam 16:00. Oleh panitia setempat, saya diberikan satu kamar di sebuah hotel untuk beristirahat sebelum kebaktian yang kedua.
 
Pagi itu, saya berangkat dari Semarang jam 5:00 dan tiba di hotel jam 7:00. Sesampainya saya di hotel itu, saya langsung menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar yang telah dijanjikan tersebut. Saya terkejut setelah saya diberi tahu oleh resepsionis bahwa kunci kamar saya sudah diambil kemarin dan sudah ada orang lain yang menginap di kamar tersebut. Saya bertanya di dalam hati, siapa orang yang telah menginap di kamar saya.


Saat itu, saya memutuskan untuk menuju kamar tersebut dan mengetuk pintu kamar. Tidak lama kemudian, ada seorang anak muda membuka pintu kamar itu. Dia sudah terlihat rapih dengan dasi. Dia berkata, " Maaf bapak Mulyadi, saya worship leader yang bertugas pagi ini. Saya tiba kemarin malam dan panitia menaruh saya di kamar ini dengan pesan, bahwa bapak akan datang pagi ini. Saya pamit untuk ke gereja terlebih dahulu. Silahkan bapak beristirahat".

Pada saat saya masuk ke kamar itu, terlihat bahwa ranjang sudah berantakan, dan bahkan selimutnya sudah berada di lantai. Pada akhirnya saya putuskan untuk tidak beristirahat, saya menuju ke kamar mandi. Ternyata di kamar mandi tersebut, semua handuk telah dipakai. Dengan perasaan kesal, saya memutuskan untuk tetap mandi berhandukkan baju kaos yang telah saya pakai sepanjang perjalanan menuju Magelang tersebut. Selesai saya mandi, saya ganti pakaian untuk khotbah, namun saya belum membersihkan sepatu saya. Saat itu, hotel tersebut tidak menyediakan shoe polisher. Sekilas saya melihat handuk yang ada di lantai kamar mandi, langsung saat itu juga saya mengambilnya dan mulai membersihkan sepatu saya. Di tengah saya membersihkan sepatu saya, muncullah sebuah kata, "Karakter". 

Selama ini saya tidak pernah berpikir untuk mengajarkan anak saya ataupun anak asuh saya menggunakan handuk untuk mandi dan mengeringkan badan sebagai handuk untuk membersihkan sepatu. Saat itu, dalam keadaan lelah mengemudi, marah, dan kesal, saya justru melakukan hal tersebut.

Saya berlutut dan berdoa minta ampun kepada Tuhan atas hati saya yang marah dan kesal serta meminta damai sejahteraNya turun atas saya, setelah itu, saya menuju gereja tempat saya melayani dengan damai sejahtera. Puji Tuhan, semua acara berlangsung dengan baik.


Melalui kejadian di atas, saya belajar satu hal, ternyata saya juga masih harus terus belajar agar karakter Kristus sungguh ada dalam hidup saya, apapun masalah yang saya hadapi.

Doa saya hari ini, kiranya Tuhan memberikan kemampuan kepada kita semua untuk tetap setia saat tekanan datang sampai karakter Kristus muncul dari hidup kita. 


Tuhan memberkati kita semua.

No comments:

Post a Comment